Notification

×

Iklan

Iklan

Satu Suara, Sejuta Makna: Lembata Menyemai Budaya Baca Lewat Membaca Nyaring

Kamis, 08 Mei 2025 | 02:49 WIB | 0 Views Last Updated 2025-05-08T09:49:35Z

 



LEMBATA — wartapers.com - Di tengah angka literasi yang belum menggembirakan, sebuah suara lembut terdengar lantang dari sudut Timur Nusa Tenggara. Suara itu datang dari Auditorium Goris Keraf Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Lembata, Kamis (8/5), saat Bupati P. Kanisius Tuaq membuka Bimbingan Teknis (Bimtek) Membaca Nyaring. Sebuah langkah kecil, namun sarat makna, demi membangun budaya literasi sejak usia dini.


Meski Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) Lembata menunjukkan tren positif — meningkat dari 68,87 di tahun 2023 menjadi 73,42 pada 2024 — tantangan besar masih mengadang. Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) justru tertahan di angka 56,66, jauh dari ideal. “Angka ini menandakan bahwa membaca belum menjadi kebiasaan yang mengakar kuat di masyarakat kita,” kata Bupati Tuaq dengan nada serius.


Perubahan gaya hidup digital, terutama di kalangan anak-anak, menjadi sorotan utama. Penggunaan gawai yang kian intensif menggeser kebiasaan membaca konvensional. “Kita tidak bisa melarang teknologi, tapi kita bisa menyisipkan nilai. Membaca nyaring adalah salah satu caranya,” ujarnya.


Bupati Tuaq menjelaskan bahwa membaca nyaring bukan hanya aktivitas vokal. Ia menyebutnya sebagai “ritual kebersamaan” yang menumbuhkan kedekatan emosional, memperkaya kosakata anak, dan menumbuhkan imajinasi. “Ini adalah interaksi yang menyentuh jiwa anak-anak,” tegasnya.


Bimtek ini, lanjutnya, adalah bagian dari strategi besar membangun Lembata sebagai kabupaten pembelajar. Guru, pustakawan, dan orang tua diajak menjadi agen literasi — tak hanya di ruang kelas, tapi juga di ruang tamu rumah, di teras, di ladang, bahkan di kapal motor.


Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah, Anselmus Ola Bahi, mengatakan momentum ini sangatlah strategis. Menurutnya, kegiatan ini bukan sekadar pelatihan teknis, melainkan fondasi gerakan literasi berbasis masyarakat. “Kami ingin literasi tidak hanya jadi urusan sekolah, tapi menjadi gaya hidup masyarakat. Membaca nyaring membuka ruang untuk itu,” katanya.


Ia menambahkan, kehadiran guru dan orang tua dalam forum ini menjadi bukti bahwa semangat literasi bisa menyatukan banyak pihak. “Ketika satu keluarga membaca bersama, sesungguhnya kita sedang membangun peradaban,” ujar Anselmus.


Para peserta yang hadir dari berbagai pelosok Lembata tampak menyimak serius setiap sesi. Dari raut wajah mereka, terlihat harapan bahwa kegiatan ini akan membawa metode baru yang lebih segar dalam mengajar dan membimbing anak-anak mereka.


Salah satu peserta, Marwah Rasidin, mengungkapkan kegembiraannya. “Baru kali ini saya sadar, membaca nyaring bisa menjadi cara untuk mempererat hubungan saya dengan anak-anak di rumah,” katanya sambil tersenyum.

Bupati Tuaq tak lupa menegaskan bahwa budaya membaca tidak lahir dalam semalam. Ia menyebutnya sebagai proses yang membutuhkan kesabaran, konsistensi, dan cinta. “Budaya membaca dimulai dari satu suara yang dibacakan dengan hati,” ucapnya, mengakhiri sambutannya.


Bimtek Membaca Nyaring ini pun menjadi simbol dari semangat baru Lembata dalam membentuk generasi melek huruf yang berpikir kritis dan berjiwa kolaboratif. Dari ruang pelatihan sederhana, lahir optimisme besar akan masa depan pendidikan daerah.



Pewarta: sabatani

Editor: redaksi 

×
Berita Terbaru Update