Wakil Ketua DPRD Lembata Soroti Maskapai, Usul Susi Air Jadi Alternatif


Lewoleba – wartapers.com - Wakil Ketua DPRD Lembata, Langobelen Gewura Fransiskus, menyoroti persoalan penerbangan dari dan ke Lembata yang kerap "dibatalkan" akibat erupsi Gunung Ile Lewotolok. Menurutnya, kondisi ini sudah berlangsung hampir setahun dan menimbulkan banyak keluhan dari masyarakat maupun pejabat daerah.

Fransiskus bersama sejumlah anggota DPRD Lembata bahkan ikut terdampak. Mereka "batal" terbang ke Lewoleba dari Kupang karena penerbangan Wings Air dialihkan. Akibatnya, kehadiran anggota dewan pada rapat paripurna yang dijadwalkan besok pun masih belum pasti.

Ia menegaskan, erupsi Gunung Ile Lewotolok adalah fenomena alam yang tidak bisa diprediksi. Namun, pemerintah daerah bersama maskapai harus mencari solusi agar kepastian pelayanan transportasi tetap terjaga. “Kalau bisa, rute Kupang–Lembata ditutup sementara sampai kondisi gunung normal kembali. Alternatifnya, masyarakat diarahkan lewat Larantuka atau Maumere karena lebih pasti,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menyoroti praktik maskapai yang dianggap merugikan penumpang. Menurutnya, setiap kali penerbangan Kupang–Lewoleba dialihkan ke Larantuka, harga tiket yang jauh lebih murah tidak pernah dikembalikan selisihnya kepada penumpang.

“Bayangkan harga tiket Lewoleba–Kupang Rp1,4 juta lebih, ketika dialihkan ke Larantuka harganya hanya Rp1,09 juta. Selisih itu tidak pernah dikembalikan. Begitu juga sebaliknya dari Kupang ke Lewoleba. Kondisi ini sudah lama terjadi tapi tidak pernah diperhatikan,” tegasnya.

Fransiskus menilai, akumulasi dana dari kelebihan pembayaran tiket penumpang ini bukan jumlah kecil. “Kalau 40 penumpang kali Rp300 ribu saja sudah Rp12 juta. Kalau dikalikan dengan frekuensi penerbangan selama hampir setahun, maka jumlahnya bisa mencapai ratusan juta rupiah. Pertanyaannya, uang lebih ini lari ke mana?” ungkapnya.

Menurutnya, ketidakjelasan tanggung jawab maskapai atas pembatalan maupun pengalihan penerbangan membuat masyarakat seolah pasrah. Hal ini terjadi karena hanya ada satu maskapai yang melayani rute Kupang–Lewoleba.

“Kita ini terkesan tidak punya pilihan lain. Kalau boleh, pemerintah membuka peluang bagi maskapai lain seperti Susi Air untuk beroperasi. Kalau penumpang sedikit, biarlah pakai pesawat kecil, yang penting ada alternatif,” ucapnya.

Ia juga menegaskan bahwa pemerintah daerah mesti menyuarakan aspirasi masyarakat Lembata terkait hal ini kepada pihak maskapai dan regulator penerbangan. Dengan begitu, ada kepastian bagi pengguna jasa transportasi udara.

“Kegiatan orang bepergian itu pasti terikat agenda. Kalau penerbangan dibuka tapi tidak menentu, masyarakat menjadi dilema. Lebih baik diarahkan jelas, apakah harus melalui Larantuka atau Maumere. Jangan sampai kita hanya jadi korban ketidakpastian,” tambah Fransiskus.

Ia berharap kondisi ini segera mendapat perhatian serius, baik dari pemerintah daerah maupun pusat. “Kasihan pengguna jasa penerbangan dari dan ke Lembata, selama ini hanya bisa pasrah. Padahal hak-hak mereka harusnya juga dilindungi,” tutupnya.


Pewarta: sabatani

Editor: redaksi 

KABAR NASIONAL
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image