DKP Lembata Gelar Lokakarya Literasi Digit
Lembata — wartapers.com - Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lembata, Anselmus Asan Ola, melalui Kepala Bidang Perpustakaan Frans SabaLeku, menegaskan bahwa perpustakaan kini berada di garda terdepan transformasi digital di daerah. Pernyataan itu disampaikan saat membuka Lokakarya Literasi Digital bertema “Berakar Lokal, Berdampak Global,” sebuah kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan kecakapan digital masyarakat, terutama generasi muda, di tengah pesatnya perubahan teknologi global. Lokakarya ini digelar di Aula Goris Keraf DKP Lembata, Rabu, 26/11.
Menurut Sabaleku, era digital telah memaksa masyarakat untuk menyesuaikan diri lebih cepat daripada sebelumnya, terutama generasi muda yang bersentuhan langsung dengan perangkat digital sejak usia dini. “Sekarang bahkan bayi menangis bukan lagi minta susu, tetapi mencari HP,” ujarnya menggambarkan perubahan perilaku yang terjadi dalam banyak keluarga. Menurutnya, fenomena ini menunjukkan bahwa literasi digital bukan lagi kebutuhan pelengkap, melainkan kebutuhan mendesak untuk membangun ketahanan karakter generasi Lembata.
SabaLeku menekankan bahwa literasi digital bukan hanya soal kemampuan mengoperasikan gawai, tetapi mencakup kemampuan memilah informasi, memahami risiko ruang digital, hingga memproduksi konten secara bertanggung jawab. “Literasi digital adalah benteng karakter generasi kita,” tegasnya. Dinas Kearsipan dan Perpustakaan, lanjutnya, terus mendorong penguatan fasilitas perpustakaan digital, akses internet merata, serta pelatihan berbasis teknologi bagi sekolah dan komunitas.
Lokakarya sehari ini menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai bidang. Deasy Erlina Lainata, Kepala SMPN 2 Nubatukan, menyampaikan materi bertajuk “Bijak Menggunakan Media Digital untuk Berpartisipasi dalam Kegiatan Sosial dan Kemasyarakatan yang Positif.” Menurut Deasy, remaja Lembata harus mengubah cara pandang terhadap dunia digital. “Gunakanlah gawai untuk memberi dampak, bukan sekadar mengikuti tren,” katanya.
Selain itu, Wilhelmus P. Kaona dari Kominfo Kabupaten Lembata membawakan materi “Tantangan dan Solusi Pemanfaatan Teknologi Digital.” Ia menyebutkan bahwa hambatan utama masyarakat bukan lagi soal minimnya akses internet, tetapi kurangnya kemampuan memanfaatkan teknologi secara produktif. “Teknologi itu netral. Manfaat atau mudaratnya ditentukan oleh tangan penggunanya,” ujar Wilhelmus.
Narasumber lain, Dr. KUNCHAYONO dari Akademisi Universitas MUHAMMADIYAH MALANG, menyoroti sisi gelap ruang digital lewat materi “Dampak dan Risiko Salah dalam Menggunakan Teknologi Digital.” Ia mengingatkan peserta akan ancaman hoaks, perundungan siber, kecanduan gawai, hingga kebocoran data pribadi. “Salah klik saja bisa fatal,” katanya yang disambut antusias peserta lokakarya.
SabaLeku menjelaskan bahwa peserta kegiatan berasal dari Siswa Siswi SMP/MTS, SMA/SMK/MA se-Kabupaten Lembata. Para peserta diajak memahami bahwa ruang digital bukan hanya ruang hiburan, tetapi ruang belajar, ruang interaksi, bahkan ruang kompetisi yang membutuhkan kecakapan dan karakter kuat. Tingginya antusiasme peserta, menurut panitia, menunjukkan meningkatnya kesadaran generasi muda Lembata terhadap pentingnya literasi digital.
Menurut Frans, perpustakaan kini tengah berkembang menjadi pusat aktivitas masyarakat yang lebih dinamis. Koleksi digital, fasilitas internet, dan program edukasi berbasis teknologi telah menjadi bukti nyata keseriusan pemerintah dalam membangun ekosistem literasi digital di Lembata. “Perpustakaan harus hadir sebagai ruang yang relevan dengan kebutuhan zaman,” ujarnya.
Dinas Kearsipan dan Perpustakaan menegaskan bahwa lokakarya ini merupakan langkah awal memperkuat budaya literasi digital di seluruh wilayah Lembata. Pemerintah berharap kegiatan ini dapat menjadi gerakan berkelanjutan yang melibatkan sekolah, komunitas, hingga keluarga.
Melalui kolaborasi lintas sektor pemerintah, akademisi, dan lembaga pendidikan Kabupaten Lembata optimistis mampu membangun masyarakat yang cerdas, kritis, kreatif, dan beretika dalam ruang digital. “Masa depan anak-anak kita ditentukan oleh bagaimana mereka menggunakan teknologi hari ini,” tutup Frans SabaLeku.
Pewarta: Floni
Editor: Redaksi

