Dari Pekarangan Tumbuh Kesejahteraan”: PKK Lembata Panen Perdana Cabai, Simbol Pemberdayaan Keluarga
LEWOLEBA, wartapers.com - Siang itu, hawa panas di Kecamatan Nubatukan tak menyurutkan semangat puluhan ibu-ibu berseragam biru muda. Di lahan sederhana seluas satu setengah hektar di Desa Bour, Kecamatan Nubatukan, tangan-tangan terampil itu memetik buah cabai merah ranum yang bergelayut di batang-batang hijau. Aroma tanah dan dedaunan basah berpadu dengan tawa riang. Inilah panen perdana cabai program pemanfaatan lahan dan pekarangan oleh Tim Penggerak PKK Kabupaten Lembata, Sabtu, 1 November 2025.
Panen perdana ini juga dihadiri Kadis PMD Yoseph Raya, Plt. Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Mukhtar Hada, Camat Nubatukan Dion Wutun, serta staf ahli PKK Kabupaten Lembata Hj. Nurmila Nasir.
Bagi Ketua TP PKK Kabupaten Lembata, Ny. Ursula Surat Bayo Tuaq, panen perdana yang berlangsung sederhana di Desa Bour ini bukan sekadar memetik hasil. Ini adalah simbol gerakan kecil yang bisa menumbuhkan kemandirian ekonomi rumah tangga, mengurangi inflasi pangan, dan menghidupkan kembali semangat bertani di tengah masyarakat.
“Selamat siang dan salam sejahtera untuk kita semua,” ucap Ursula membuka arahannya dengan gaya khas penuh keramahan. Dalam nada suaranya terselip kebanggaan: apa yang dimulai dari halaman rumah kini menjadi gerakan yang menyentuh akar keluarga.
Program ini, katanya, merupakan salah satu bentuk nyata dari pemberdayaan keluarga. Dengan memanfaatkan lahan pekarangan, PKK ingin mengajak masyarakat terutama kaum ibu menanam kembali kebutuhan dapur mereka sendiri.
“Cabai ini hanya simbol. Tapi setelah panen, kita dorong kelompok kerja tiga PKK untuk berinovasi bikin sambal, olahan jeruk, atau produk lain yang punya nilai jual,” ujar Ursula.
Varietas cabai yang ditanam adalah Si Pedas dari Panah Merah. Dari sekitar 4.000 bibit yang ditanam, 3.700 tumbuh subur. Meski sebagian mati karena kendala air, hasil panen tetap dinilai memuaskan. Program ini dijalankan tanpa kelompok tani formal, melainkan oleh anak-anak muda setempat yang ingin belajar bertani.
Bupati Lembata, Kanisius Tuaq, yang turut hadir, menyebut kegiatan ini bukan sekadar panen simbolis, melainkan latihan menuju kemandirian pangan lokal.
“Kalau mau dibilang, ini ‘lombok inflasi’. Cabai adalah komoditas strategis yang paling berpengaruh terhadap harga bahan pokok di pasar. Jadi, panen ini bagian dari upaya menjaga inflasi daerah,” ujarnya.
Bupati juga menyinggung tantangan klasik yang dihadapi petani kecil dari keterbatasan air, biaya plastik, hingga sulitnya mendapatkan solar untuk pompa.
“Kalau mau beli lombok, jangan tawar-tawar. Petani itu bermandikan lumpur dan keringat untuk hasilkan satu kilo cabai,” katanya menegaskan.
Ia menuturkan, awalnya program ini berada di bawah Dinas Pertanian. Namun karena persoalan teknis anggaran, pelaksanaannya dialihkan sementara kepada PMD.
“Kita titip dulu di PMD. Tahun ini latihan dulu, latihan kebersamaan. Nanti baru kita pikirkan pengembangannya,” kata Bupati.
Ursula Surat Bayo melihat momentum ini sebagai pintu masuk bagi gerakan yang lebih besar. Ia ingin menjadikan PKK bukan hanya penggerak kegiatan sosial, tetapi juga motor ekonomi keluarga.
“Kalau 2025 kita mulai dengan cabai, tahun depan bisa saja kita kembangkan tanaman lain sayur, herbal, atau buah-buahan lokal,” ujarnya penuh semangat.
Ia juga menyinggung pentingnya kerja sama lintas sektor. Dinas Pertanian, PMD, camat, hingga kepala desa diminta mendukung agar setiap kelurahan memiliki kebun percontohan.
“Kalau bisa tiap rumah punya dua atau tiga pohon cabai, kota kita akan indah dan warganya mandiri,” katanya.
Menurut Ursula, kegiatan ini juga bagian dari pembelajaran bagi keluarga untuk memahami siklus pangan dari tanah ke meja makan. Anak-anak, katanya, perlu melihat bagaimana sayur dan cabai tumbuh. “Dengan begitu, mereka belajar menghargai makanan,” ujarnya.
PKK juga berencana menambah nilai ekonomi dari hasil panen dengan mengolahnya menjadi produk UMKM.
Bupati Kanisius pun menyambut baik gagasan itu. Ia bahkan memberi arahan agar hasil panen pertama dibawa ke PKK untuk ditimbang dan diatur pemanfaatannya.
“Mau dijual, mau dibagi, terserah PKK. Yang penting kita tahu berapa hasilnya dan bagaimana keberlanjutannya,” ujarnya.
Program ini juga diharapkan menjadi bagian dari Cadangan Pangan Pemerintah (CPP), khususnya untuk komoditas cabai. “Ke depan, cabai dari pekarangan bisa menjadi cadangan pangan daerah. Ini penting supaya harga di pasar tidak melonjak,” tambah Kanisius.
Dari sebidang pekarangan kecil di Lembata, sebuah gerakan tumbuh gerakan yang meyakini bahwa kesejahteraan keluarga bisa dimulai dari tanah di depan rumah. Seperti kata Ursula Surat Bayo Tuaq, “Mungkin ini hanya cabai, tapi dari sinilah kita menanam harapan.”
Pewarta: sabatani
Editor ; redaksi

