“Rumah adalah Sekolah Pertama bagi Anak”: Bunda Literasi Lembata Ajak Kecamatan Lebatukan Jadi Pelopor Budaya Membaca
LEMBATA, wartapers.com – Semangat literasi kembali digaungkan di Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata. Dalam kegiatan Sosialisasi Pembudayaan Kegemaran Membaca Tingkat Kecamatan Tahun 2025 yang digelar di Hadakewa, Selasa, 29 Oktober 2025, Bunda Literasi Kabupaten Lembata, Ny. Ursula Surat Bayo Tuaq, menyampaikan pesan inspiratif sekaligus mengajak seluruh masyarakat desa untuk menjadikan membaca sebagai gaya hidup sehari-hari.
Di hadapan para kepala desa dan Ketua Tim Penggerak PKK Desa, Ny. Ursula menekankan bahwa literasi harus dimulai dari rumah. “Rumah adalah sekolah pertama bagi anak, dan ibu adalah guru pertama. Ibu yang literat akan melahirkan generasi emas yang cerdas dan berbudi pekerti,” ujarnya.
Ia mengingatkan pentingnya peran keluarga dalam menumbuhkan minat baca anak. Menurutnya, orang tua wajib menyediakan waktu khusus setiap hari untuk mendampingi anak belajar dan membaca bersama. “Gerakan membaca di rumah bisa dimulai dari hal sederhana, seperti satu cerita setiap malam,” tambahnya.
Sebagai Bunda Literasi Lembata, ia juga mengapresiasi Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lembata yang telah menginisiasi kegiatan ini. “Bukankah kerja sama yang baik antara pemerintah, PKK, dan masyarakat menjadi kunci sukses membangun masyarakat literat dari akar rumput?” ujarnya.
Istri Bupati Lembata, P. Kanisius Tuaq, ini juga mengajak seluruh stakeholder di Bumi 7 Maret Lebatukan untuk menggerakkan literasi di tingkat desa melalui langkah nyata seperti gerakan membaca di rumah, mendirikan atau mengaktifkan pojok baca desa, mengadakan program membaca bersama, serta membangun kolaborasi dengan sekolah, gereja, masjid, dan komunitas literasi.
Selain itu, Bunda Literasi ini menekankan pentingnya menghadirkan bahan bacaan yang menarik dan relevan di setiap desa. Dinas Perpustakaan, lanjutnya, dapat mendukung melalui layanan mobil perpustakaan keliling, sementara pemerintah desa bisa mengalokasikan sebagian dana desa untuk pengembangan perpustakaan atau pojok baca.
Ia juga menawarkan solusi alternatif, yakni penyusunan Peraturan Desa (Perdes) tentang wajib belajar. “Ini harus menjadi gerakan bersama di seluruh desa dan kelurahan agar semua anak mendapatkan hak pendidikan yang layak,” tegasnya.
Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lembata, Anselmus Asan Ola, dalam sambutannya memberikan apresiasi tinggi atas kepedulian Bunda Literasi Lembata. Menurutnya, dukungan dari berbagai pihak, terutama TP PKK, menjadi energi besar dalam menumbuhkan semangat membaca di desa.
“Kami bangga karena Bunda Literasi tidak hanya memberi arahan, tetapi juga turun langsung menggerakkan masyarakat untuk mencintai membaca,” ujar Anselmus.
Ia menambahkan, pihaknya akan terus memperluas jangkauan layanan literasi ke pelosok-pelosok desa melalui mobil perpustakaan keliling dan kolaborasi dengan sekolah serta komunitas lokal.
Bunda Ursula menekankan pentingnya kolaborasi. “Libatkan karang taruna, kader PKK, dan guru-guru sebagai relawan literasi. Kegiatan membaca bersama bisa dilakukan saat Posyandu atau pertemuan PKK,” sarannya.
Maria Magdalena Kartini Uak, Bunda Literasi Kecamatan Lebatukan, kepada media ini mengatakan, jika setiap desa menumbuhkan budaya membaca, maka Lebatukan akan melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga bijak dalam berpikir dan berperilaku.
Sosialisasi literasi di Hadakewa pun berakhir dengan penandatanganan kesepakatan bersama. Semua pihak berkomitmen menjadikan Kecamatan Lebatukan sebagai contoh nyata gerakan literasi.
Pewarta: Sabatani
Editor; redaksi

