Dramatis Nasib Warga Gunong Eleh , Embung Belasan Tahun Terbengkalai, Petani pun Hadapi Kekeringan

SAMPANG, wartapers.com  – Embung air di Dusun Plampean, Desa Gunong Eleh, Kecamatan Kedungdung, Kabupaten Sampang, Jawa Timur  terbengkalai selama lebih dari 15 tahun tanpa ada perbaikan. Kondisi ini sangat memperhatikan warga setempat sehingga menyebabkan kekeringan parah, mengancam ketahanan pangan dan kesejahteraan warga setempat, terutama para petani dan santri.

Pemerintah daerah dan instansi terkait seolah menutup mata terhadap persoalan yang sudah berlangsung sejak tiga periode kepemimpinan bupati. Kamis 11/09/2025.

Embung yang seharusnya menjadi sumber air utama kini tidak lagi berfungsi. Gorong-gorongnya tersumbat dan sebagian sudah roboh, sehingga air tidak bisa dialirkan dengan baik. Padahal, embung ini sangat vital untuk mengairi sawah, memenuhi kebutuhan air ternak, dan menjadi sumber air bersih sehari-hari bagi warga. Dampak serius terbengkalainya embung , kini lahan pertanian yang sangat bergantung pada embung kini terancam gagal panen, bahkan saat musim kemarau pendek.

Para petani di Dusun Plampean , Kecamatan Kedungdung , Kebupaten Sampang menjadi pihak yang paling merasakan dampaknya. Mereka mengeluhkan kekurangan air untuk mengairi sawah dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain petani, para santri yang menuntut ilmu di pesantren setempat juga kesulitan mendapatkan air bersih untuk wudu dan keperluan lainnya. Mereka terpaksa mengeluarkan biaya besar untuk membeli air dari tangki mobil yang harganya mencapai Rp250.000 per tangki.

Masalah terbengkalainya embung ini sudah berlangsung lebih dari 15 tahun. Meskipun musim kemarau hanya berlangsung 15 hari, embung sudah tidak mampu menampung air. Kondisi ini diperparah dengan musim kemarau panjang yang bisa mencapai tiga hingga lima bulan. Permasalahan ini kembali mencuat ketika petani kembali menyuarakan keluhan mereka.

Embung tersebut kini tidak lagi mampu menampung air karena terjadi pendangkalan dan sedimentasi parah. Tanah yang menumpuk membuat embung dangkal dan hampir rata dengan lahan di sekitarnya. Tidak adanya pengerukan dan perbaikan membuat embung kehilangan fungsinya secara total. Pada musim hujan, air justru meluap hingga membanjiri sawah karena sistem drainase yang rusak.

Warga merasa diabaikan oleh pemerintah daerah dan legislator setempat. Mereka sudah berulang kali menyampaikan masalah ini kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), tetapi keluhan mereka tidak pernah ditanggapi dengan serius. Kekecewaan ini membuat warga, terutama para petani, kehilangan harapan terhadap pemerintah daerah dan memilih untuk menyuarakan masalah ini ke tingkat yang lebih tinggi.

Salah satu tokoh masyarakat, Samsul, yang turut meninjau lokasi, mendesak pemerintah pusat untuk turun tangan.

 "Petani tak mau lagi berharap sama pemerintah daerah yang tidak peduli. Jangan sampai sawah petani jadi lahan kosong," tegas Samsul

Menurutnya, nasib petani tidak bisa terus dikorbankan karena abainya pemerintah daerah. Ia meyakini, kerusakan embung yang masif harus segera diperbaiki demi menjamin keberlanjutan pertanian rakyat.

Lebih lanjut, Samsul berharap Presiden Prabowo Subianto memberikan perhatian serius sesuai dengan visi dan misi ketahanan pangan. 

“Kalau bicara ketahanan pangan, maka infrastruktur air seperti ini harus jadi prioritas. Pemerintah pusat harus bantu petani kami,” pungkasnya. Ia berharap ada sinergi lintas pihak untuk mempercepat perbaikan embung, tidak hanya untuk kesejahteraan petani, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan dasar warga dan para santri.


Pewarta: Syam

Editor; redaksi 

KABAR NASIONAL
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image