Proyek Jalan Rabat Beton Bersumber dari Dana Desa di Sampang Diduga Bermasalah
Proyek senilai Rp124.170.200 ini berlokasi di Dusun Gunung Eleh dengan volume 100mx2.70mx0.20m . Berdasarkan pantauan di lapangan, kualitas pengerjaan proyek sangat diragukan. Alih-alih mengikuti standar yang seharusnya, ada dugaan kuat bahwa pembangunan ini tidak sesuai dengan rencana awal.
Salah satu temuan paling mencolok adalah ketidaksesuaian ketebalan rabat beton. Berdasarkan informasi yang dihimpun, ketebalan beton bervariasi antara 12 cm dan 15 cm. Padahal, seharusnya ada standar ketebalan yang seragam dan sesuai dengan anggaran yang telah dialokasikan. Dugaan ini diperkuat dengan penggunaan besi yang disebut-sebut tidak sesuai dengan spesifikasi teknis.
Meskipun secara kasat mata jalan terlihat mulus, banyak pihak khawatir bahwa kondisi ini hanya bersifat sementara. Pengerjaan yang terkesan "asal jadi" dan ketebalan yang tidak konsisten membuat jalan rabat beton ini dikhawatirkan tidak akan bertahan lama dan mudah rusak, sehingga tidak memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat.
Dugaan pelanggaran ini semakin diperkuat dengan minimnya transparansi dalam pelaksanaan proyek. Berbeda dengan proyek desa pada umumnya yang memberdayakan tenaga kerja lokal, proyek ini justru menggunakan pekerja dari luar desa. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai akuntabilitas dan komitmen proyek terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat.
Saat dimintai konfirmasi melalui sambungan telepon WhatsApp, Penjabat (Pj) Kepala Desa Gunong Eleh, Lilah, menunjukkan sikap yang kurang kooperatif dan berkilah bahwa dirinya tidak tau jika dilokasi tersebut ada rekontruksi rabat jalan beton.
" Yang di plampek'an yaa pak, yang saya tau di sendhen , plampek'an dimana ya pak,, oiaa .. bukan gunung eleh yaa pak, masak pak saya belum cek lokasi, silahkan bapak ke pelaksananya saja pak Zaini. " Kata PJ. Gunung eleh. Jumat 01/08/2025.
Sangat tidak mungkin selaku penanggungjawab desa tidak mengetahui bahwa di desanya ada kegiatan pekerjaan proyek yang diduga bermasalah dan asal-asalan , Saat ditanya kembali Lilah tidak menampik bahwa sumber anggaran yang gunakan dari Dana Desa ( DD).
" Yaa dari dana desa , coba sampean tanya ke operator desa lebih jelasnya. " Tambah PJ Gunung Eleh.
Lilah juga seolah tidak mengetahui masalah pengerjaan yang diduga bermasalah ini. Ia justru mengarahkan awak media untuk bertanya langsung kepada ketua pelaksana atau operator desa, yang menambah keraguan publik atas pengawasan proyek.
Situasi ini memunculkan pertanyaan kritis tentang pengawasan pemerintah desa terhadap proyek yang dibiayai oleh uang rakyat. Mengingat besarnya anggaran yang dikeluarkan, transparansi dan akuntabilitas adalah hal yang mutlak diperlukan untuk memastikan setiap sen uang pajak digunakan secara efektif dan efisien demi kesejahteraan masyarakat.
Pewarta: Syam
Editor: redaksi